Presiden Erdogan dari Turki – Dari Hagia Sophia sampai ke Pantai Tripoli dan Seterusnya

Oleh: F. William Engdahl – peneliti ekonomi, ahli sejarah dan jurnalis lepas – lahir di Amerika tinggal di Jerman
30 Juli 2020

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah secara jelas memutuskan untuk meluncurkan suatu serangan menuju banyak garis depan, mengambil keuntungan dari apa yang dia  persepsikan sebagai suatu kekosongan geopolitik. Mulai dari seruannya baru-baru ini untuk melaksanakan shalat di Hagia Sophia di Istanbul, sampai kepada pematahannya atas embargo senjata untuk kembali ke rezim Tripoli melawan rayuan dari General Khalifa Angkatan-bersenjata Nasional Libya-nya Haftar di Timur, dari melanjutkan kehadiran militer di Suriah sampai menolak untuk menghentikan pengeboran minyak dan gas di perairan lepas Siprus, dan juga tindakan-tindakan di Afrika, Erdogan dengan jelas ada di dalam suatu mode menyerang. Apakah ada strategi yang lebih besar di belakang semua ini, jauh dari sekedar pengalihan dari masalah-masalah domestik ekonomi Turki?


Di dalam minggu-minggu ini pemerintahan Erdogan telah membuat gerakan menyerang atas banyak garis depan yang telah membuat banyak orang mempertanyakan keseluruhan tujuan mereka. Di Libya, Turki-nya Erdogan telah dengan terus terang membuat gerakan untuk memberi persenjataan, prajurit dan dukungan lain untuk memerangi Government of National Accord (GNA)-nya Libya di Tripoli dari Fayez Mustafa al-Sarraj.


Di bulan Desember 2019, Erdogan menandatangani pakta kerjasama militer pemerintah Tripoli yang diakui PBB yang sangat tidak stabil untuk membalas serangan yang diangkat oleh Gen. Angkatan-bersenjata Nasionalnya Haftar, yang bermarkas di bagian timur Libya yang kaya akan minyak. 

Pada tanggal 7 Juni, Cirkin, sebuah kapal kargo berbendera Tanzania, berlayar dari Turki ke pelabuhan Libya Misrata. Ia disertai dengan tiga kapal perang Turki, mengarahkan Perancis dan lainnya untuk mempercayai bahwa itu adalah penyelundupan senjata ke Tripoli untuk melawan Haftar, suatu pelanggaran atas embargo senjata PBB. Ketika sebuah helikopter Yunani (NATO) meminta izin untuk memasuki Cirkin untuk memeriksa jika senjata diselundupkan, kapal perang Turki menolak, mengarahkan sebuah kapal fregat, Courbet-nya Perancis (NATO), bagian dari operasi keamanan maritim NATO, untuk mendekati Cirkin. Radar kapal perang Turki dengan segera menyalakan Courbet tersebut dengan radar targetnya memaksa Courbet untuk mundur dan Cirkin mendarat di Libya. Perancis telah mengajukan suatu keluhan resmi dengan NATO mengenai perbuatan memusuhi dari Turki (NATO). Rinciannya tetap suram dan untung-untungannya adalah NATO akan tetap tenang ketimbang memaksakan perpecahan aliansi tersebut.

Yang penting untuk dicatat adalah bahwa gerakan militer Haftar di Tripoli untuk mengakhiri pembagian dari negeri tersebut disokong oleh Rusia, UAE dan Yordan. Sejak rangkaian Arab Spring yang dimulai AS dari destabilisasi dari Mesir sampai Tunisia sampai Libya dan, sejauh ini tidak berhasil, di Suriah, Libya telah dibinasakan oleh perang suku mengikuti pembunuhan Muammar al-Qaddafi di bulan Oktober, 2011.

Gerakan Turki baru-baru ini di bulan Mei memungkinkan GNA dan pasukan dukungan dari Turki untuk menghancurkan pertahanan udara milik LNA di pangkalan udara Watiya, termasuk sebuah deretan bantuan sistim rudal Pansir-S1 dengan dukungan pasukan Turki, untuk mengambil kendali dari pangkalan kunci tersebut. Ketika Rusia menurut laporan memindahkan enam kapal perang dari Suriah ke Libya sebagai tanggapan, Erdogan mengancam untuk membawa kapal perang angkatan udara Turki untuk mengebom pasukan Haftar.

Di saat yang sama Erdogan telah bernegosiasi dengan Aljazair untuk menandatangani suatu pakta pertahanan dengan Government of National Accord (GNA)-nya Libya di Tripoli. Kendali GNA atas al-Watiya bukan hanya meletakkan suatu penghentian kepada penggunaan dari Haftar atas fasilitas tersebut untuk mengganjal serangan udara atas pasukan GNA di Tripoli. Ia juga memberi Turki suatu pangkalan strategis untuk membangun kehadiran militer di Libya.

Presiden Aljazair yang baru saja terpilih Abdelmadjid Tebboune, tidak seperti pendahulunya, secara signifikan bergantung pada dukungan tidak resmi dari Persaudaraan Muslim Aljazair. Demonstrasi massal di tahun 2019 memaksa presiden yang anti Persaudaraan Muslim, Abdelaziz Bouteflika, untuk lengser.

Sekutu kunci lain dari Erdogan di wilayah tersebut adalah Qatar, yang diberi sanksi oleh Saudi Arabia dan negara-negara Teluk Sunni lainnya atas dukungan Qatar untuk Persaudaraan Muslim. TV Qatar al-Jazeera telah disebut sebagai jurubicara Persaudaraan Muslim. Di akhir pekan di bulan Juli 2018, Menteri Pertahanan Erdogan Hulusi Akar menemui Emir Qatar, Pangeran Tamim Bin Hamad Al Thani. Mereka menurut laporan mendiskusikan untuk memindahkan pejuang Jihad Somalia, yang dilatih di markas di Qatar, ke Libya untuk ambil bagian dalam suatu serangan utama yang direncanakan Turki atas kota Sirte. Sebuah laporan Pentagon yang baru-baru ini dikeluarkan memperkirakan bahwa Turki telah mengirim antara 3500 dan 3800 pejuang Jihad bayaran ke Libya dari Suriah untuk memperkuat angkatan-bersenjata GNA.

Debka.com dari Israel mencatat signifikansi dari gerakan-gerakan militer Turki dengan Tripoli dan Aljazair: “Jika Erdogan berhasil di dalam mempergunakan Aljazair untuk GNA Libya, yang sudah terikat pada kereta pertempuran Turki, dia akan mampu untuk menggeser keseimbangan kekuatan di dalam suatu wilayah yang luas dan mudah berubah. Keuntungan militernya di Libya sudah membawanya ke dalam posisi untuk menabrak keamanan dari tetangga Afrika Utara-nya – dengan tidak sedikit, Mesir – dan juga pelayaran Mediterania antara benua itu dan Eropa Selatan dan proyek minyak lepas pantai di antara keduanya.”

Erdogan dan Persaudaraan Muslim

Banyak dari strategi aliansi baru-baru ini dari rezim Erdogan sejak Turki memutus hubungan damainya dengan tetangganya Suriah di tahun 2011 dan mulai menyokong bermacam kelompok teroris yang terkait dengan Al Qaeda untuk merobohkan rezim Assad, sehingga dapat dimengerti ketika ikatan dari Erdogan kepada Persaudaraan Muslim yang sangat rahasia dimengerti.

Dalam suatu wawancara dengan sebuah TV Russia-24 di bulan Maret, Presiden Suriah Bashar al Assad menyatakan secara terbuka bahwa Erdogan adalah Persaudaraan Muslim, yang meletakkan agenda global dari organisasi teroris itu di atas agenda negerinya sendiri. Assad menyatakan, “Pada suatu titik waktu, Amerika Serikat memutuskan bahwa pemerintahan sekuler di wilayah tersebut tidak mampu lebih lama lagi untuk menerapkan rencana dan peran yang dirancang bagi mereka…Mereka memutuskan untuk mengganti rezim-rezim ini dengan rezim Persaudaraan Muslim yang menggunakan agama untuk mengarahkan publik…Proses “penggantian” ini dimulai dengan yang konon disebut Arab Spring. Tentu saja, di saat yang sama, hanya negeri yang dipimpin oleh Persaudaraan Muslim di wilayah itu adalah Turki, melalui Erdogan sendiri dan afiliasi Persaudaraan-nya.“

Erdogan telah secara terbuka menyambut kedudukan penting dari Presiden Mesir Persaudaraan Muslim Mohamed Morsi, yang menjanjikan lima miliar dalam bantuan. Kemudian suatu tindakan militer tiba-tiba yang disokong Saudi mengusir persaudaraan tersebut dan mengangkat Jenderal Abdel Fattah el-Sisi kepada kekuasaan, sangat tidak menyenangkan Administrasi Obama dan Erdogan. Sejak saat itu el-Sisi telah menjatuhkan larangan keras atas aktivisme Persaudaraan Muslim di Mesir, menghukum mati banyak pemimpin dan membuang sebagian yang lain ke pengasingan, banyak menurut laporan ke Turki-nya Erdogan. Saudi Arabia, UAE, Kuwait, Yordan dan Bahrain juga telah melarang PM, menuduh mereka mencoba untuk merobohkan monarki mereka. Ini menciptakan garis keliru geopolitik yang masif di sepanjang dunia Arab.

Dengan cara yang sama, sampai pengusirannya baru-baru ini di bulan April, 2019 setelah 20 tahun memerintah, diktator kuat Sudan, Omar al-Bashir, dikatakan juga sebagai anggota dari Persaudaraan Muslim.

Dengan dua sekutu utama tersebut, Mesir dan Sudan kalah, Erdogan dengan jelas mencoba sayap baru untuk melebarkan pengaruhnya dan pengaruh Persaudaraan tersebut secara global. Ini menjelaskan upaya utamanya untuk ikut campur dalam urusan Libya atas kepentingan Persaudaraan Muslim yang disokong oleh Tripoli GNA. Presiden Turki tersebut telah mengirim pasukan Turki ke Libya untuk menyokong Sarraj, bersama dengan drone, kendaraan militer, dan ribuan dari prajurit upahan Suriah dari Faylak al-Sham (Legiun Suriah), yang merupakan suatu afiliasi Persaudaraan Muslim.

Apa itu Persaudaraan Muslim?

Persaudaraan Muslim adalah masyarakat rahasia semacam Fremason dengan tatapan publik yang “ramah” dan jihadis militer tersembunyi di dalamnya. Persaudaraan Muslim secara resmi meninggalkan kekerasan di tahun 1970-an, tetapi dekrit mereka memiliki banyak celah untuk diterobos.

Persaudaraan Muslim atau al-ʾIkḫwān al-Muslimūn, diciptakan di Mesir yang diperintah Inggris, dan kemudian secara hukum bagian dari Kekhalifahan Ottoman, di tahun 1928 di dalam bangkitnya kehebohan Perang Dunia I dan terbagi-bagi di dalam Kekaisaran Ottoman. Menurut dugaan ia diciptakan oleh seorang guru sekolah Muslim Sunni yang tidak dikenal yang bernama Hassan Al-Banna. Lebih banyak mirip Serikat Yesus dari gereja Katolik, Persaudaraan dari Al-Banna tersebut berpusat pada pendidikan khusus pemuda, yang menyajikan dunia luar dengan tatapan kegiatan derma dan perbuatan baik sambil menyembunyikan suatu agenda kekuatan kekejaman bengis yang membawa maut di dalamnya dengan paksa.

Hampir sejak awalnya, masyarakat rahasianya memiliki tujuan tunggal, tidak masalah betapa sulitnya dan betapa lamanya tugas tersebut, untuk menegakkan kembali Kekhalifahan, untuk menegakkan suatu kekuasaan Islam baru bukan hanya di Mesir tetapi di keseluruhan dunia Muslim. Indoktrinasinya menyertakan desakan atas kepatuhan mutlak kepada kepemimpinan; penerimaan Islam sebagai sebuah sistim total, sebagai penentu akhir hidup.

“Allah adalah tujuan kami; Nabi adalah Pemimpin kami; Qur’an adalah Konstitusi kami; Jihad adalah Jalan kami; Mati di jalan Allah adalah keinginan kami yang tertinggi; Allahuakbar; Allahuakbar.” Ini adalah kredo dari Persaudaraan Muslim yang didirikan oleh Al-Banna. Kemudian Al-Banna menulis, “Kemenangan hanya dapat datang dengan penguasaan ‘Art of Death.’ Mati syahid bertempur untuk menegakkan Kekhalifahan baru adalah cara terpendek dan langkah termudah dari hidup ini untuk menuju kepada hidup setelahnya.”

Persaudaraannya Al-Banna melakukan kontak awal dengan Nazi Jerman di tahun 1930-an. Lengan militer rahasia Persaudaraan Muslim, Alat Rahasia (al-jihaz al-sirri), sebetulnya, adalah “biro pembunuhan” yang dikepalai oleh saudara laki-lakinya Al-Banna, Abd Al-Rahman Al-Banna. Agen Nazi datang dari Jerman ke Mesir untuk membantu melatih kader Bagian Khusus dan juga menyediakan uang. Baik itu Nazi dan Al-Banna sama-sama memiliki kebencian anti-yahudi yang sangat mendalam dan Jihad Persaudaraan tersebut atau Perang Suci sebagian besar ditujukan pada Yahudi di Mesir dan Palestina.

Hassan Al-Banna memperkenalkan ide dari jenis khusus kultus kematian di dalam Islam. Aspek dari Persaudaraan ini kemudian menjadi mata air di tahun 1990-an dan setelah, untuk hampir semua organisasi teroris Sunni Islam, dengan penyebaran ajaran Jihadisme Salafi dan kelompok Islam radikal seperti Al Qaeda atau Hamas. Dalam banyak pengakuan, cara memuja kematian ala Islam Sunni-nya Al-Banna adalah kebangkitan dari Kultus Pembunuhan atau hashshāshīn Islam selama Perang Salib di Abad Keduapuluh.

Al-Banna menyebutnya, “the Art of Death” (fann al-mawt) atau ”Mati adalah Seni” (al-mawt fann). Dia mengkhotbahkan kepada para pengikutnya bahwa itu adalah jenis dari kesyahidan yang saleh untuk dengan tulus dihormati, bahwa itu berdasarkan Qur’an. Selama Perang Dunia II tokoh pimpinan dari Persaudaraan Muslim tinggal di Berlin dan bekerja secara langsung dengan kepala SS Himmler untuk menciptakan pasukan teror untuk mengeksekusi Yahudi dan musuh lain dari Reich tersebut. Di tahun 1950-an, setelah perang tersebut, CIA “menemukan” semangat anti-komunis yang efektif dari Persaudaraan tersebut dan memulai suatu kolaborasi yang lamanya berdekade-dekade, yang pada awalnya mendukung monarki Saudi. Osama bin Laden dikatakan awalnya seorang anggota Persaudaraan Muslim yang taat.

Ini adalah organisasi di belakang agenda militer Erdogan di Libya dan jauh lebih dari pada itu. Ini menjadi pertanda buruk bagi ilusi apa pun dari persetujuan diplomatik untuk mengakhiri perang entah itu di Suriah, Irak atau Libya dan lainnya.

F. William Engdahl adalah konsultan resiko strategis dan dosen, dia mendapat gelar di bidang politik dari Universitas Princeton dan pengarang buku yang paling laris mengenai minyak dan geopolitik, secara ekslusif untuk majalah daring “New Eastern Outlook”

Sumber: http://williamengdahl.com/englishNEO30Jul2020.php
Link dari: https://facebook.com/shafiee.shariff

AKHIR DARI TURISME

Kapal pesiar menjadi simbol hancurnya turisme.

Pandemi telah menghancurkan turisme global, dan banyak yang akan mengatakan ‘pembebasan yang bagus’ bagi kota-kota yang terlalu ramai dan keajaiban alam hilangnya sampah yang berserakan. Apakah ada cara lain untuk memulai kembali suatu industri yang menyebabkan kerusakan yang sedemikian besar? Oleh


Dari semua malapetaka yang menimpa turis karena merebaknya virus korona, yang terjadi pada kapal pesiar adalah satu peristiwa tersendiri. Penularan di laut menginspirasi cerita horor khusus, karena kapal pelesir berubah menjadi kapal penjara, dan rumor berjangkitnya virus di atas kapal menyebar di antara kabin yang berbau busuk via WhatsApp. Berdesakan bersama sesama penumpang, penyelenggara liburan mengalami kesulitan sebagai korban sekaligus agen yang menjadi penyebab penularan, sebagai bagian dari runtutan kejadian setelah pelabuhan-pelabuhan menolak mereka untuk masuk.

Ketika itu dimulai, situasi yang membawa maut di atas laut dipandang sebagai suatu hasil dari pemikiran yang masih dianggap sebagai masalah Cina. Kapal pertama yang terjangkit adalah Diamond Princess. Menjelang pertengahan Februari, 355 kasus telah dikonfirmasi terjadi di atas kapal, dan kapal tersebut mangkrak dikarantina di pelabuhan Yokohama. Saat itu, kapal tersebut terhitung mengalami lebih dari setengah kasus yang dilaporkan di luar Cina. Empat-belas penumpang di atas kapal Diamond Princess meninggal karena virus tersebut.


Mimpi buruk di atas laut tersebut belum berakhir. Bahkan setelah para penumpang dari tiga-puluhan kapal pesiar yang tertimpa musibah tersebut dibolehkan untuk turun dari kapal, dan memenuhi rumah sakit, hotel karantina atau kapal-kapal carteran yang membawa mereka pulang ke tempat asal mereka, sekitar seratus-ribu kru dan staf tetap terjebak di atas laut, sebagian dikarantina, sebagian lagi dihalangi untuk turun dari kapal sampai majikan mereka dapat membuat rencana perjalanan kapal yang berikutnya. Drama kedua ini menuntun kepada serangan kelaparan massal – pada 15 kru orang Romania di tempat orang-orang terlantar di lepas pantai Florida – dan campur tangan polisi memadamkan gangguan di atas kapal yang dikarantina di pelabuhan Jerman Cuxhaven. Di tanggal 1 Juni, kru dan staf di atas dua-puluh kapal pesiar yang terdampar di Teluk Manila menurut laporan ricuh meminta dibolehkan turun ke darat.

Kapal pesiar telah menjadi suatu simbol dari kebinasaan yang virus korona timpakan atas turisme. Suatu sektor yang sampai bulan Januari nilainya 150 biliun dolar, menurut perkiraannya sendiri, yang menumpahkan lowongan pekerjaan, mengeluarkan hutang dan mendiskon besar-besaran hanya sekedar untuk bertahan hidup. Tetapi bahkan sebelum krisis saat ini menghantam, kapal pesiar telah menunjukkan gejala kerusakan yang turisme timbulkan atas dunia.

Turisme adalah suatu industri yang tidak biasa dalam artian aset-aset yang dijadikannya sebagai uang berupa – pemandangan alam, terumbu karang, katedral – yang tidak menjadi miliknya. Perusahaan kapal pesiar dunia yang dominan – Carnival, Royal Caribbean and Norwegian – tidak terlalu memperhatikan perawatannya padahal mereka hidup dari situ. Dengan memasukkan diri mereka sendiri di dalam pajak luar negeri yang tidak besar dan ramah dalam hukum tenaga kerja – yakni urutannya Panama, Liberia dan Bermuda – tiga pesiar besar, yang terhitung untuk tiga perempat dari industri tersebut, menikmati pajak yang rendah dan menghindari regulasi yang menjengkelkan, sambil mencemari udara dan laut, mengikis garis pantai dan menumpahkan puluhan juta orang ke pelabuhan-pelabuhan yang seringkali tidak dapat mengatasi tumpahan itu.

Yang terjadi pada kapal pesiar terjadi pula pada sebagian industri travel. Selama berdekade-dekade, sejumlah kecil reformis berfikiran ramah lingkungan di sektor tersebut telah mencoba mengembangkan turisme langgeng yang menciptakan lapangan kerja yang bertahan lama sambil meminimalisir kerusakan yang ditimbulkannya. Tetapi sebagian besar grup hotel, tur operator dan otoritas turisme nasional – apa pun komitmen yang mereka nyatakan untuk menyelenggarakan turisme yang berkelanjutan – berlanjut untuk memprioritaskan skala ekonomi yang tidak terhindarkan mengarah kepada lebih banyak turis yang membayarkan sedikit uang dan menumpuk tekanan yang lebih besar pada aset-aset yang sama tersebut. Sebelum wabah, para ahli industri meramalkan bahwa kedatangan internasional akan meningkat antara 3% dan 4% di tahun 2020. Wisatawan Cina, kelompok yang paling cepat dan luar biasa pertumbuhannya di dalam dunia turisme, diharapkan menghasilkan 160 juta perjalanan ke luar negeri, sebagai suatu peningkatan 27% dari angka di tahun 2015.

Virus tersebut telah memberi kita suatu gambaran yang menakutkan sekaligus indah, dari suatu dunia tanpa turisme. Kita melihat sekarang apa yang terjadi pada barang-barang publik ketika turis tidak menumpuk untuk mengeksploitasi mereka. Garis pantai menikmati istirahat dari erosi yang disebabkan oleh kapal pesiar seukuran tebing. Para pejalan kaki terpaksa berdiam di lingkungan rumah sehingga berhenti dari membuang sampah di lereng gunung. Budaya kuliner yang ruwet tidak lagi terancam oleh gemerincing pizza beku yang dicairkan. Sulit untuk membayangkan deskripsi yang lebih baik atas efek turisme kalau bukan karena terjadinya situasi seperti sekarang.

Virus korona juga mengungkapkan bahaya dari terlalu bergantung pada turisme, menunjukkan dalam cara yang brutal tentang yang terjadi ketika industri yang men-support suatu komunitas secara keseluruhan, dengan mengorbankan aktivitas yang lebih langgeng lainnya, runtuh. Pada tanggal 7 Mei, Organisasi Turisme Dunia PBB memperkirakan bahwa pendapatan dari turisme internasional mungkin turun 80% tahun ini dibandingkan angka tahun lalu 1,7 triliun dolar, dan bahwa 120 juta pekerjaan mungkin hilang. Karena turisme bergantung pada manusia bergerak yang sama yang menyebarkan penyakit, dan dibatasi dengan keras lingkup geraknya, sehingga turisme menjadi yang paling menderita ketimbang aktivitas ekonomi lain.

Karena pukulan turisme pada dunia telah menjadi lebih mendalam, begitu pula ekonomi global yang bergantung pada turisme. Sekarang, setelah perjalanan ke luar negeri dilarang – yang tidak terbayangkan bahkan enam bulan sebelumnya – kita memiliki opportunity yang jarang untuk mengeluarkan diri kita dari lingkaran yang merusak ini, dan melakukan hal-hal secara berbeda.

Atas tuduhan bahwa turisme menghancurkan alam dunia, industri turisme menjawabnya dengan suatu argumen ekonomi: satu dari sepuluh pekerjaan di dunia bergantung padanya. Pemerintah cenderung senang pada turisme, karena ia menciptakan pekerjaan di saat hotel buka dan pemandian air panas dibangun – dan ia juga menghadirkan banyak mata-uang asing.

Salah seorang yang bergerak di industri tersebut adalah Lelei Lelaulu, seorang wirausaha yang berkembang, sejak tahun 2007, menggambarkan turisme sebagai “perpindahan secara sukarela terbesar atas dana tunai dari orang kaya ke orang miskin, dari ‘orang-berpunya’ kepada ‘orang tidak berpunya’, dalam sejarah”. Bahkan walaupun ada “kebocoran” – di mana banyak belanja turis tidak masuk ke negeri tujuan tetapi kepada agen tur asing, maskapai penerbangan dan jaringan perhotelan yang layanannya mereka gunakan – tidak dapat disangkal bahwa orang Australia belanja secara bebas di Bali, orang Amerika di Cancún dan orang Cina di Bangkok.

Di akhir bulan Januari, ketika aliran turis Cina ke Eropa mengering, Melissa Biggs Bradley – pendiri Indagare, perusahaan travel kelas-atas dari Amerika, dan salah seorang anggota badan pusat untuk travel yang-bertanggung-jawab – dipanggil oleh kolega Italianya yang memperingatkannya: “Roma kosong. Engkau tidak akan paham betapa besarnya kehancuran yang bakal terjadi.” Di awal krisis, analis industri mengukur krisis yang terjadi sebelumnya. Di tahun 2009, kedatangan turis internasional turun 4% sebagai hasil dari krisis finansial global. Tahun berikutnya industri tersebut kembali bergemuruh dengan pertumbuhan 6,7%. Setelah serangkaian serangan teroris di Turki di tahun 2016, turis kabur, tetapi kerugian Turki adalah keuntungan Spanyol yang melonjak jumlah pengunjungnya.

Roma kosong. Padahal biasanya penuh.
Segera menjadi jelas bahwa perbandingan semacam itu sedikit membantu dalam memahami suatu penyakit global tanpa obat. Di akhir bulan Maret, Bernstein, suatu firma riset terkemuka, mengirim secarik catatan kepada para investor yang meralat catatan sebelumnya, semata karena muramnya prospek industri hotel dengan catatan yang besar perubahannya. “Baru dua minggu yang lalu kita mempertimbangkan 80% pendapatan turun dengan cara yang dianggap ‘sangat mustahil’, dan sekarang menjadi perkara yang sangat mendasar,” kata catatan itu. “Betapa naifnya kita!” Dan itu sebelum pemesanan kamar di Spanyol dan Itali turun 5%.

Turisme tercatat sekitar 15% dari PDB Spanyol dan 13% pada Itali. Tetapi yang menyakitkan adalah walaupun kerugiannya beragam untuk ekonomi di Eropa bagian Selatan, itu adalah ancaman hidup bagi yang bergantung pada turisme, seperti Maladewa, di mana turisme menyumbangkan sekitar sepertiga dari PDB, atau untuk destinasi baru Georgia, di mana jumlah pengunjung berlipat-empat di dekade yang lalu.

Di bulan April, Edmund Bartlett, menteri turisme Jamaika – di mana industri tersebut menghadirkan lebih dari 50% mata-uang asing di negeri itu – meratapi fakta bahwa terjadi “nol kedatangan di bandara Montego Bay, nol kedatangan untuk bandara Kingston dan nol tamu di hotel-hotel … di atas  300 ribu orang yang kehilangan pekerjaan karena semua sistim transportasi yang mendukung turisme berhenti, dan petani yang mendukung turisme tidak dapat menjual hasil panen mereka ke mana pun,  dan tempat-tempat pelesir ditutup.”

Karena semua uang yang industri tersebut datangkan, menjadi satu dari sekian banyak harga dari membolehkan suatu tempat untuk diambil alih oleh turisme sehingga merubah perkembangan lokal. Petani menjual tanah mereka ke jaringan hotel, hanya seharga dari hasil panen untuk kemudian berinflasi di luar jangkauan mereka. Airnya dialihkan ke lapangan golf sementara air untuk penduduk mengering. Jalan dipaving-blok. Semua itu untuk pengabdiannya selaku bawahan dari suatu ekonomi kepada suatu penggerak eksternal yang berubah-ubah, ketergantungan pada turisme memiliki kesamaan dengan ketergantungan atas bantuan yang saya amati sebagai reporter di Afganistan setelah invasi tahun 2001. Dalam dua kasus itu, ancaman terburuk adalah kemungkinan penarikan yang tiba-tiba.

Biggs Bradley menunjukkan sejumlah tempat-tempat “kecil, yang mudah diserang” yang bakal hancur, seperti pulau-pulau di Pasifik yang baru-baru ini menjadi populer dengan adanya tur menyelam. “Pulau-pulau itu dibuka dengan kebangkitan fenomenal dibukanya rute penerbangan baru di tahun-tahun sekarang,” dia berkata, hanya untuk berhentinya penerbangan, meninggalkan hutang dan hilangnya pekerjaan di belakangnya.

Tsotne Japaridze, pemilik agen tur Traffic Travel mengorganisir liburan bertema petualangan di Georgia, Azerbaijan dan Armenia, berkata, betapa besarnya rasa sakit yang virus tersebut timpakan pada bisnisnya dan orang-orang yang mencari makan dari bisnis itu. Japaridze mempekerjakan tiga orang secara full-time, mempekerjakan 15 pemandu-tur dan pengemudi selama musim panas, dan mengirim kelompok tur ke tiga-puluhan kebun anggur, wisma tamu dan rumah perorangan di seluruh negeri itu. Perusahaannya dapat dipandang sebagai suatu agen yang membantu tamu menghamburkan uang untuk men-support kehidupan ratusan orang. Di permulaan krisis tersebut, Japaridze memberhentikan para pegawainya tanpa uang cuti (“Itu keputusan yang berat tetapi saya tidak punya pilihan lain,” dia berkata). Karena turisme lenyap, permintaan telah meledak untuk layanan-layanan yang tidak memerlukan pelanggan untuk meninggalkan lingkungan perumahan mereka. Salah seorang dari pemandu-tur yang sebelumnya bekerja pada Japaridze, yang biasanya membawa kelompok tur ke daerah Svaneti yang indah di Georgia, sekarang bekerja mengantarkan makanan dengan sepeda motornya.

Apabila bahaya dari ketergantungan terhadap turisme adalah bahwa turis tiba-tiba berhenti datang, masalah yang lebih lazim adalah terlalu banyak turis – kejenuhan dari suatu destinasi oleh pengunjung dalam jumlah yang tidak dapat ditopangnya. Mendekati puncak wabah, saya ngobrol lewat aplikasi Zoom kepada Jane da Mosto, yang memiliki organisasi non-pemerintah, We Are Here Venice, yang memerangi dengan keberanian untuk menjaga tempat-tempat tur yang kelebihan turis di atas muka bumi agar menjadi tempat yang dapat lebih ditolerir untuk hidup.

Sambil mencincang sayur untuk makan malam keluarga, Da Mosto mengakui tidak mudah mensejajarkan kejadian di rumah sakit di Itali yang ramai dan pemandangan ketenangan yang dapat diamati dari jendelanya saat ini. Jembatan kosong dan kuda laut melompat-lompat di Grand Canal, sementara penjaja pasta digantikan oleh awak perahu yang mengirimkan tortellini buatan rumahan ke penduduk kota tersebut.

Ketika Da Mosto beranjak untuk mengambil kentangnya, tempatnya diambil oleh anak laki-lakinya yang berumur 19 tahun, Pierangelo. Sejak dari kecil, Pierangelo telah hidup di atas perahu air, dan dia pingin muntah jika diharuskan duduk di dalam mobil. Dia bekerja sebagai tukang kayu dan memperbaiki perahu di kota itu, sambil juga menunjukkan kepada turis tentang “Venesia dari perspektif orang Venesia”.
Venesia di bulan Juni tahun lalu.

Seorang Venesia yang mengakui pentingnya turisme tetapi perlu waktu lama untuk melepaskan cengkeramannya, Pierangelo dan teman-temannya – para perancang, para pelajar, anggota gilda perkayuan – telah mendiskusikan hidup setelah wabah virus tersebut, ketika, dengan pengunjung yang lebih sedikit, mereka dihadapkan dengan jatuhnya penghasilan, dan diwajibkan untuk mengawali usaha yang melayani penduduk di sekitar tempat tinggal.

Dan bagaimana, saya bertanya, bagaimana rasanya ketika dia berada di Giudecca Canal dan melihat kapal pesiar berbelok ke arahnya?

“Kecil,” Pierangelo tersenyum. “Sangat kecil.”

Kalau bukan untuk turisme, banyak kain tenun Gotik Venesia diremukkan atau dibuat ulang di tahun-tahun lalu. Tetapi ketika industri turisme menyediakan banyak alasan ekonomi untuk pemeliharaan arsitektur kota tersebut, kekuasaan diberikan kepada para investor hotel, restoran dan perkapalan, yang banyak dari mereka orang-luar yang bagi mereka Venesia hanya sekedar suatu business opportunity. Pada tanggal 15 Juli 1989, industri musik global menyita kota tersebut untuk konser gratis, kenangan yang menyakitkan hati orang Venesia bahkan sampai sekarang. Sebanyak 200 ribu orang dari seluruh Eropa berkumpul hari itu di Piazza San Marco, pusat spiritual dan aestetik kota tersebut, sebagian dari mereka dikumpulkan di atas perahu di lepas pantai, untuk melihat Pink Floyd di akhir world tour mereka.
Dewan kota panik hingga pembukaan mengenai konser dilanjutkan atau tidak. Akhirnya, kelompok band tersebut setuju untuk mengurangi volume suara dan memperpendek daftar main lagu agar sesuai dengan jadwal TV global, sementara para pemilik toko di sekitar tempat itu menjual bir hangat dengan harga tiga kali lipat kepada para fans yang kebelet pipis karena otoritas tidak menyediakan satu toilet pun. Di pagi harinya, tempat yang terkenal itu penuh dengan kaleng, puntung rokok dan genangan air kencing.
Itulah contoh dari turisme yang menyerbu kota jaman pertengahan sejumlah 200 ribu turis yang tidak membayar uang masuk dan meninggalkan kota yang sulit untuk dibersihkan. Satu laporan stasiun TV Italia menggambarkan konser tersebut sebagai suatu pelanggaran hak asasi manusia, “ada yang menyerbu dan ada yang diserbu”. Begitu besar kritik kepada dewan kota dari warga kota.
Lama sebelum penyerbuan oleh para penggemar rock tersebut, warga telah meninggalkan kota. Antara tahun 1950 dan 2019, populasi Venesia jatuh dari 180 ribu menjadi hampir 50 ribu orang, sementara jumlah pengunjung tahunan meningkat dari satu juta menjadi 30 juta orang. Menurut Jan van der Borg, seorang spesialis turisme yang mengajar di Universitas Ca’ Foscari di Venesia, dan penasehat otoritas turisme di seluruh Eropa, ini melebihi “kapasitas daya-dukung” kota, jumlah yang dapat ia tunjang tanpa secara tetap merusak infrastrukturnya dan cara hidupnya, hanya 10 juta orang pengunjung tahunan.
Apakah itu pemilik gondola yang tinggal jauh dari situ dan menugaskan orang yang lain untuk mendayung perahu buat turis di sepanjang kanal yang ditentukan, atau penerbangan murah yang mendepositkan ribuan turis setiap harinya di area yang luasnya saja tidak sampai setengah ukuran Central Park di New York, dalam perkataan Da Mosto, “sejumlah besar orang hidup di Venesia tanpa hidup di dalamnya”.
 
Dan, kata Van der Borg, jenis turisnya salah. Sebagian yakni 70% adalah day-tripper, yang setelah  “berdesakan dari bis, kapal pesiar dan kapal terbang”, menghabiskan beberapa jam bertumpuk di jantung sejarah Venesia “tetapi tanpa menyumbang pada pemeliharaannya”. Setelah belanja sekitar 15 euro yang cukup untuk mendapatkan suvenir yang dibuat di tempat yang ribuan kilo jauhnya, mereka digegaskan oleh pemandu mereka untuk mengunjungi destinasi berikutnya.
Menurut elitisme yang tanpa rasa menyesal yang menginformasikan pemikiran Van der Borg dan ahli strategi industri lainnya, yang seperti itu disebut “banyak-rusak, rendah-nilai”, orang-orang yang berpelesir hendaknya dibuat sedikit tidak nyaman ketimbang tukang pelesir merdeka yang makmur yang tinggal di hotel, makan di restoran di dekatnya dan mungkin mendatangi tempat-tempat mahal. Di setiap langkah, jalankan garis logika ini, turis “berkualitas” menyumbang kepada kesejahteraan kota melalui pajak, tips dan interaksi manusia.
Apakah paket liburan seperti itu dikeluarkan? Menurut trend report oleh Abta di Inggris di tahun 2019, orang yang ingin berlibur ke luar negeri mencari, di atas semuanya, yang paling murah. Apabila dimahalkan, turis Inggris tidak mau.
Di dalam 10 tahun yang telah berlalu, kutukan dari “Venesianisasi” – lekukan dari suatu tempat karena dipenuhi oleh rayap-turis – telah menimpa kota demi kota, karena penerbangan murah dan Airbnb telah menghadirkan suatu akhir pekan yang dapat dicapai oleh hampir semua orang. Itu bukan hanya Venesia atau Paris, tetapi juga kota pesisir yang sepi semisal Porto, di pesisir Atlantik di wilayah Portugal, tempat itu benar-benar tidak disiapkan untuk jumlah turis yang dilepaskan menuju kota itu.
Perlawanan dapat dicatat di bulan Juli 2015, ketika dewan kota di Barcelona – yang memiliki tempat berjalan yang terkenal, bernama La Rambla, telah disiapkan segala sesuatunya kecuali tidak dapat dilalui oleh jumlah besar turis – memperkenalkan moratorium atas hotel baru. Tahun berikutnya Airbnb didenda 600 ribu euro karena memuat daftar properti yang tidak memiliki ijin – cuma seharga bir kecil untuk perusahaan yang seperempat saja penghasilannya melebihi satu biliun dolar, tetapi menjadi satu tanda tumbuhnya permusuhan yang terus berkembang terhadap suatu industri yang dapat membuat suatu kota tidak dikenali oleh penduduknya dalam waktu singkat.
Tahun lalu, mayor dari Dubrovnik – yang dengan sempurna memelihara kota lama dibanjiri oleh pengunjung setelah ditampilkan di saduran TV dari Game of Thrones – menutupi 80% dari kedai suvenir menyumbat pusat kota. Kota kanal di Belgia, Bruges baru-baru ini mendekati batas jumlah kapal pesiar yang dapat bersandar di satu waktu dan menghentikan semua iklan yang ditujukan pada meraih banyak pelancong. 

La Rambla di Barcelona di tahun 2009
Tentu saja ada ongkos finansial untuk membatasi turisme. Sebagaimana Fermín Villar, presiden dari Friends of La Rambla, yang mewakili kepentingan pemukim jalan tersebut, mengatakan pada Guardian dua tahun yang lalu, “La Rambla di atas semuanya adalah suatu bisnis … setiap tahun lebih dari 100 juta orang berjalan di sepanjang jalan ini. Bayangkan,” dia sangat gembira, “jika setiap orang hanya belanja 1 euro saja.” Tetapi turisme massal menggantikan bisnis lain, sementara pemukim produktif dan kreatif keluar, dan juga tekanan yang ditempatkan pada infrastruktur lokal oleh para pengunjung di dalam angka semacam itu, ada ongkosnya tersendiri. Da Mosto mengatakan pada saya bahwa, dalam istilah ekonomi semata-mata, Venesia menjadi jatuh dari suatu industri yang mendirikan toko di situ tetapi mengirimkan keuntungannya ke tempat lain.
Menatap dari jauh Gunung Kenya dari bayangan air di belantara Afrika sepertinya jauh dari krisis. Tetapi kolam yang tidak pernah kering di perkemahan Loisaba, salah satu dari tiga tempat safari seluas 23 ribu hektar, belum nampak seorang pun yang berenang di dalamnya dalam sebulan. Kurang dari sebulan setelah penerbangan ke negeri tersebut dihentikan pada 25 Maret, pimpinan Loisaba, seorang veteran Kenya dari turisme belantara yang dipanggil Tom Silvester, mengatakan pada saya bahwa dia telah memberhentikan 90 pegawai, “dan setiap satu pekerjaan di sini memiliki tanggungan sepuluh orang, sangat besar dampaknya”.
Kerusakan yang terjadi dengan runtuhnya industri turisme Kenya, yang nilainya 1,6 biliun dolar dan mempekerjakan 1,6 juta orang, adalah pemandangan yang menakutkan. Setelah menutup 24 properti di seluruh Afrika timur, Elewana, perusahaan hotel yang mengoperasikan tiga penginapan di Loisaba, membelanjakan cadangan uangnya untuk men-support 2 ribu-an lebih pegawai dan keluarga mereka. Adapun di website dari pelaku usaha lainnya, Nashulai, dihiasi dengan permohonan untuk sumbangan untuk memberantas kelaparan di antara komunitas-komunitas yang mencari makan dari pekerjaan itu.
Sementara di banyak tempat membersihkan turis mungkin menjadi satu-satunya cara untuk mengembalikan dunia alami yang sehat, di negeri di mana industri turis berfokus pada lingkungan, yang terjadi malah sebaliknya. Ketika saya menyarankan kepada Karim Wissanji, pimpinan Elewana, bahwa cara terbaik untuk memelihara kehidupan satwa Afrika mungkin caranya adalah membuat manusia pindah ke kota dan meninggalkan hewan-hewan itu tanpa gangguan, dia menjawab dengan pedas: “Masa depan dari kehidupan satwa dan habitat mereka pada hakekatnya terhubung pada masa depan industri petualangan safari.”  
Tiga perempat dari 2 juta turis asing yang datang ke Kenya tahun lalu adalah untuk melihat satwa liar. Kalau bukan untuk turisme, banyak dari 160 usaha swasta yang menyediakan lorong penting untuk bermigrasi hewan, kembali pada kegiatan berburu atau mengubah lahan untuk pertanian, mengancam salah satu dari konsentrasi terbesar satwa liar di dunia. Persaingan untuk mendapatkan lahan penggembalaan, terutama selama musim kemarau, telah mengintensifkan konflik berkepanjangan antara keperluan komunitas lokal dan kehidupan satwa liar yang unik di negeri itu. Sebagaimana Paula Kahumbu, pimpinan organisasi konservasi Wildlife Direct, menulis di Guardian, “sebagian besar pemuda Kenya melihat satwa liar sebagai tidak relevan, sesuatu yang menguntungkan sedikit orang, pelancong yang kaya atau pemilik tanah berkulit putih”. Di dalam bangkitnya serbuan bengis atas tempat pertanian dan taman satwa liar selama bertahun-tahun, perlengkapan safari telah dipandang sebagai cara untuk membuat turisme secara langsung mendukung kehidupan populasi lokal.
Tetapi kerugian karena adanya wabah mungkin menimbulkan bencana. Pada tanggal 21 April, Perlindungan Alam Internasional, badan derma di Amerika yang melindungi keaneka-ragaman-hayati yang luar biasa, melaporkan bahwa ada suatu “peringatan meningkatnya perburuan daging hewan Afrika dan gading di Kenya”. Loisaba hanya dapat memelihara patroli anti perburuan berkat sumbangan dari badan Perlindungan Alam tersebut, derma lain yang mendanai dan memberikan nasehat ilmiah untuk pemeliharaan proyek di seluruh dunia.
Biasanya selalu hampir penuh, dengan hanya 48 tempat tidur untuk sekian puluh ribu hektar. Dengan membayar 700 dolar per hari untuk menikmati kebersamaan dengan gajah, jerapah, burung dan mamalia, pengunjung Loisaba secara efektif membayar untuk melindungi satwa liar dari campur tangan manusia yang lebih mengganggu.

Turisme belantara secara umum hanya sedikit saja menariknya bagi kelas menengah yang sedang bertumbuh di Kenya – sementara ongkos hidup yang tinggi membuat banyak orang tinggal di rumah, orang-orang yang tidak pergi berlibur cenderung pergi ke pesisir.
Turis membuat film gorila di Rwanda, 2005
Kemampuan untuk menyeru pelanggan lokal akan membuat wahana permainan di negeri tersebut untuk pulih lebih cepat pada saat larangan bepergian berakhir – yang akan terjadi untuk turis Afrika lebih cepat ketimbang orang-orang yang datang dari jauh. Di bulan April, menteri turisme Kenya, Najib Balala, menyerukan suatu “pergantian paradigma” atas nama domestik dan pasar pan-Afrika. “Ia tidak lagi menunggu kedatangan pelancong internasional,” dia berkata. “Apabila kita mulai sekarang, dalam waktu lima tahun kita akan tabah [di hadapan] guncangan apa pun, bahkan larangan bepergian yang dijatuhkan oleh negeri-negeri barat.”
Pemulihan dari pergantian paradigma tersebut adalah tidak mungkin bagi pemeliharaan turisme. Gorila tersebar di seluruh taman nasional di Rwanda, Uganda dan Kongo. Setelah hampir punah di tahun 1980-an, jumlah mereka pulih berkat upaya pertolongan internasional yang sebagian didanai oleh blue-chip tourism. (Pengunjung Amerika ke Rwanda membelanjakan rata-rata sekitar 12 ribu dolar untuk sekali perjalanan.) Di tahun 2016, pemerintah Rwanda menggandakan ke angka 1500 dolar ongkos yang turis harus bayar untuk setiap satu jam dengan primata. Ini memiliki efek yang ajaib terhadap pendapatan dari 15 juta menjadi 19 juta dolar – sebagian dari uang ini untuk membayar polisi hutan dan mendanai skema kesejahteraan lokal – sambil mengurangi jumlah pengunjung yang menginjak-injak habitat primata di Volcanoes National Park, dari 22 ribu turun menjadi 15 ribu orang.

Sekarang perbatasan negeri itu ditutup dan turis asing kaya tidak kembali selama berbulan-bulan. Suatu strategi konservasi baru diperlukan. Dari sudut pandang ramah lingkungan, bahaya yang segera datang adalah bahwa kera yang besar dapat tertular virus korona. Sedangkan tantangan jangka panjangnya adalah melindungi mereka dari meningkatnya penangkapan gorilla untuk dimakan dagingnya, dan dari terjebak di perangkap yang ditaruh untuk rusa.
Di bulan Juni, Sheba Hanyurwa, yang menjalankan bisnis turisme di seluruh Uganda dan Rwanda, mengatakan pada saya bahwa di tahun-tahun yang berlalu pendapatan dari turisme telah membolehkan keanekaragaman ekonomi tertentu untuk terjadi. Gaji yang relatif tinggi yang diberikan pada polisi hutan dan pemandu-tur telah memungkinkan komunitas mereka memelihara sapi dan ayam untuk keperluan sendiri. Selama krisis tersebut, pemerintah Uganda dan Rwanda telah berpatroli dengan sering di taman nasional mereka – dengan keberhasilan yang lebih besar ketimbang pemerintah Kongo. Tetapi, Hanyurwa mengatakan pada saya, “pekerja hotel dan porter telah diberhentikan dan orang-orang kelaparan. Satu-satunya penghidupan di sini adalah dari turisme dan tidak akan ada turis internasional setidaknya sampai tahun depan.”
Covid-19 telah mengungkap kecacatan di dalam model turisme elit.
Tidak semua turisme berbasis-alam adalah bagus bagi alam tersebut. Kesadaran lingkungan telah bertumbuh, banyak bisnis yang memungut istilah yang enak didengar seperti “ramah-lingkungan” dan “hijau” – bahkan walaupun dalam ucapan badan yang memelihara kelanggengan turisme, “pengalaman yang mereka jual bukan hal-hal yang sifatnya agar orang jadi ramah lingkungan”.
Di antara bangsa-bangsa yang memiliki, di tahun-tahun belakangan ini, upaya untuk membangun turisme satwa liar adalah Nusa Tenggara, yang menjadi tempat tinggal kadal terbesar di dunia, Komodo. Tahun lalu, pemerintahnya mengumumkan rencana untuk menjadikan kota Labuan Bajo, yang menjadi titik masuk taman nasional Komodo, sebagai salah satu dari sepuluh destinasi turisme yang utama. Dengan membahayakan, skema pemerintah tersebut dinamakan “10 new Balis”.
Ide tersebut bukan untuk melonggarkan tekanan atas pulau Bali yang kelebihan turis, yang untuk itu bandara baru direncanakan, tetapi untuk menyamai keberhasilannya menarik jutaan turis dengan liburan murah setiap tahun. Dalam proses tersebut, Bali yang memiliki kombinasi pantai, kurangnya air dan gunungan sampah, dapat disamai. “Yang tadinya hanya desa kecil nelayan ditiup dengan konstruksi tanpa henti atas restoran dan hotel,” lapor seorang koresponden CNBC yang mengunjungi Labuan Bajo di bulan Januari.
Komodo di Nusa Tenggara
Antara tahun 2008 dan 2018, jumlah pengunjung tahunan ke taman nasional Komodo meningkat dari 44 ribu ke 176 ribu. Satu atraksi besar, terpisah dari alam itu sendiri, adalah harganya. Setelah penerbangan seharga 50 dolar dari Bali yang mendarat di bandara baru Labuan Bajo, saya diberitahu oleh Glenn Wappett, mantan militer Inggris, yang naik kapal laut pribadi ke Nusa Tenggara, “Anda dapat tinggal di sebuah hostel dan naik perahu untuk melihat komodo dan masih mendapat kembalian dari lembaran 100 dolar”. Itu termasuk 12 dolar tiket masuk ke tempat tersebut. Lonely Planet nama dari gugusan pulau tersebut yang memuat Komodo sebagai “tujuan bernilai terbaik”-nya untuk tahun 2020. (Itu sebelum buku panduan travel yang hendak diterbitkannya dihantam oleh global lockdown dan menghentikan sebagian besar aktivitas dagangnya di bulan April.)
Pilihan pemerintahnya yang lebih cenderung untuk turisme massal ketimbang turisme elit telah dipandu oleh tambahan 2 juta anak muda yang masuk ke pasar tenaga kerja setiap tahunnya. Lebih banyak turis berarti lebih banyak pekerjaan. Setelah semuanya, bahkan jika pendapatan per kapita mereka rendah, jumlah besar pelancong memerlukan lebih banyak pelayan, supir taksi dan pemandu tur laut ketimbang turisme elit.
Tetapi karena jumlah pelancong ke pulau tersebut meningkat, populasi komodo telah jatuh. Musim kawin hewan tersebut terganggu oleh turis, sementara perburuan rusa mengosongkan sumber makanan utama mereka dan pembalakan menghancurkan habitat mereka. Di tahun 2018, Viktor Bungtilu Laiskodat, gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur, di mana taman tersebut terletak, menganjurkan untuk menaikkan harga tiket masuk menjadi 500 dolar dengan tujuan menarik lebih banyak turis yang lebih kaya, mengurangi jumlah pengunjung dan melindungi kadal tersebut. Di bulan Maret 2019, setelah penyelundup mencuri lebih dari 40 Komodo, pemerintahannya melangkah lebih jauh dan mengumumkan bahwa pulau Komodo, yang menjadi tempat tinggal dari sekitar 1700 kadal raksasa, ditutup di sepanjang tahun 2020 agar reptil tersebut, dan rusa yang menjadi makanannya di tempat tersebut, dapat kembali pulih.
Tetapi upaya pemerintah tersebut untuk menjaga atraksi utama di situ kandas dengan banyaknya orang setempat yang mencari nafkah dari turisme. “Mulai dari perusahaan selam, hotel dan restoran,” kenang Wappett. Mereka menginginkan agar turis dibolehkan ke pulau Komodo, dan di bulan Oktober, aturan gubernur tersebut dikesampingkan dan rencana tersebut dibatalkan.
Virus ini telah berhasil sementara gubernur itu telah gagal. Masuk ke pulau Komodo telah dihalangi bagi semua kecuali komunitas nelayan yang menghuninya. Komodo kembali dapat makan dengan tenang, yang, menurut temannya Wappett di tempat tersebut, telah kembali dalam jumlah spektakuler ke perairan ini yang sebelumnya terlalu banyak dikunjungi orang.

Walaupun dianggap merusak bisnis, virus tersebut telah menawari kita opportunity untuk menyusun suatu dunia yang berbeda – salah satunya untuk memulai adalah tinggal dan usaha di lingkungan setempat. Ketiadaan turisme telah memaksa kita untuk mempertimbangkan cara-cara selain itu untuk memperoleh pendapatan.
Untuk pulau Komodo di Nusa Tenggara alternatifnya adalah komunitas yang berada di sekitarnya kembali melaut dan menenun yang telah mereka lakukan selama berabad-abad. Di Georgia di daerah Svaneti, di mana umpan dolar turis telah menarik orang untuk meninggalkan peternakan hewan demi membuka penginapan dan kafe, Tsotne Japaridze mengatakan pada saya bahwa krisis ini dapat menjadi suatu “pelajaran untuk tidak melupakan cara tradisional mencari nafkah”.

Artikel ini telah tayang di Guardian di tanggal 18 Juni 2020 dengan judul: The End of Tourism?

MENGAKUI KEJENIUSAN BARAT DALAM HAL MENYAMARKAN RIBA SEBAGAI KEMAJUAN TEKNOLOGI


Riba adalah hal yang dinyatakan oleh Allah subhanahuwata'ala untuk diperangi. Dosa dari melakukan perbuatan riba juga sangat besar dan hanya kalah oleh dosa syirik. Sebagai alternatif riba, Allah telah menghalalkan perdagangan. Orang pemakan riba tidak dapat berdiri tegak melainkan seperti berdirinya orang yang kesurupan.

Riba telah dikaitkan dengan hal-hal sebagai berikut di antaranya kemajuan teknologi, ketersediaan listrik, dan kemudahan hidup. Sehingga, meninggalkan riba didentikkan dengan keinginan untuk kembali 'hidup di hutan' di mana tidak ada teknologi, tidak ada listrik dan tidak ada kemudahan hidup.

Mari kita tengok keadaan sebelum riba merajalela.

Riba telah ada sejak dulu. Lintah darat adalah musuh masyarakat yang diberantas oleh pemerintahan di mana pun. Zaman yang dimaksud adalah jaman sebelum Revolusi Perancis di tahun 1789. Pada saat itu masyarakat hidup dalam komunitas-komunitas yang diikat oleh kekeluargaan, kedaerahan, keagamaan atau ajaran tertentu dan lain-lain. Mereka mengembangkan berbagai kebudayaan dan kesenian termasuk juga teknologi. Aneka peralatan pertanian adalah bentuk-bentuk dari penemuan teknologi dalam bidang pertanian. Juga dalam hal pembuatan pakaian dengan ditemukannya alat tenun dan juga dalam pembuatan makanan juga dalam hal ilmu pengobatan dan lain-lain. Berbagai macam produk yang bervariasi telah dibuat dan masyarakat berkembang. Perdagangan, Muamalah dan pilar-pilarnya.

Kedatangan kapitalisme telah mengambil alih kepemilikan atas usaha-usaha dan teknologi itu. Dari asalnya sebuah unit usaha dimiliki oleh banyak orang, menjadi banyak orang dikuasai oleh satu orang yang memiliki sekian puluh ribu jiwa sebagai buruh. Riba juga telah menghalangi teknologi tertentu untuk berkembang karena dianggap tidak memberi keuntungan bagi berkembangnya kredit. Salah satu contoh kasus adalah sebagai berikut:


Sebagai penutup, marilah kita simak kuliah dari Shaykh Umar Ibrahim Vadillo tentang Muamalat Masterclass Lecture 2. Penjelasan tentang kejeniusan Barat sebagai 'master of disguise' yang dengan pandai menyamarkan riba sebagai kemajuan teknologi, dibongkar dan dijelaskan dengan gamblang. Dengan mengakui kehebatan musuh, dapatlah mengetahui di mana kelemahan musuh sehingga kita tidak lagi menganggap meninggalkan riba sebagai kembali ke hutan.

Definisi “Negara”

24 Agustus 2010

oleh Sidi Umar Ibrahim Vadillo

Pengantar


Perampok jalanan melompat dari belakang pohon, dengan pedang di tangan, dan berhadapan dengan seorang pria berpakaian rapi. “Serahkan uang Anda,” teriak si perampok. Korban yang dirampoknya berkata, “Dasar goblok!… Gue pemimpinnya!” Si perampok menurunkan pedangnya dan mengulurkan tangan. “…serahkan uang SAYA.”

Puisi yang bagus seperti humor memberi makna baru kepada perkataan. Puisi seharusnya menimbulkan paksaan introspeksi untuk melihat isu dan masalah dari perspektif baru. Ini penting, karena kebanyakan dari kita tidak kritis dan tanpa sadar menyerap pendirian politik dan moral dari orang tua dan teman-teman, dari sekolah dan media. Dengan demikian, puisi dapat sangat membingungkan dan sama-sama mengancam konsep diri yang rapuh. Melihat dunia melalui lensa baru memerlukan satu periode penyesuaian yang menggoncang. Maka, untuk menjadi efektif, seorang penyair harus menjaga pendengarnya yang menjadi bingung, membiarkan mereka terhuyung-huyung. Menyebabkan kenyamanan adalah hal yang paling tegas bukan tujuan dari seorang penyair yang baik.

Kami hanya menunjukkan bahwa kami tidak bisa memberikan validitas untuk sebuah kata hanya karena kita merasa nyaman dengan itu. Nilai dari sebuah kata, adalah bahwa kata itu membantu Anda untuk memahami, membedakan, dan mengidentifikasi. Dalam perkara kita, sebuah definisi yang bagus mengenai Negara hendaknya memberi kita pemahaman mengenai institusi ini dan dengan perpanjangan dari masyarakat kita. Definisi itu seharusnya membantu kita untuk bertindak. Dan karena kita adalah Muslim implikasinya adalah memahami dari perspektif Islam, dan bertindak bermakna bertindak fisabilillah. Dalam cahaya inilah sehingga saya menilai pentingnya menciptakan definisi baru mengenai Negara. Apakah kita suka atau tidak, nilai budaya dan sejarah kita dibenamkan dalam bahasa. Ketika kita menantang bahasa –inilah yang dilakukan oleh seorang penyair- kami menantang nilai sejarah dan budaya dari masyarakat kita. Bagi kami ini harus dilakukan untuk mendirikan pemahaman hidup Islam kita. Ini penting. Bahasa kita harus merefleksikan siapa kita.

Kata-kata adalah jendela yang membuka “dunia” di hadapan kita. Kata apa yang kita gunakan dan bagaimana kita menggunakan kata-kata itu menentukan cara kita melihat dunia. Saya menempa definisi Negara ini, di luar kepentingan. Saya tidak bahagia dengan definisi yang ada saat ini. Definisi yang ada terlalu samar-samar untuk menciptakan identitas atau terlalu partisan untuk mengenali masalah. Definisi ini tampaknya menyepelekan apa yang saya sebut “peristiwa”. Peristiwa ini ialah pernikahan antara perbankan dan pemerintah yang terjadi di suatu tempat di masa lalu. Peristiwa ini bukanlah apapun. Peristiwa ini adalah langkah evolusioner besar dalam sejarah kita dan konsekuensinya bahkan lebih besar karena dapat dirasakan sampai sekarang. Sebagai hasil dari peristiwa ini cara orang berinteraksi dengan pemerintah berubah, termasuk bagaimana pendapatan dikumpulkan, penciptaan hutang, cara mengakumulasikan modal, makna dari uang dan investasi, dan banyak isu kolateral lain yang melibatkan basis perdagangan dan keuangan antara negara-negara. Pendeknya, hampir setiap cara kita berhubungan satu sama lain berubah selamanya. Dunia berubah selamanya setelah peristiwa ini. Namun, saya menyadari, tidak seorangpun menamai institusi baru ini. Institusi ini lebih dari sekedar pemerintah, lebih dari sekedar perbankan. Tetapi tidak memiliki nama yang cukup memadai. Ini berbahaya, karena jika Anda tidak dapat menamainya, Anda tidak dapat memikirkannya.

Peristiwa itu
Peristiwa yang saya rujuk terjadi di Inggris di tahun 1694 dengan lahirnya Bank of England sebagai Bank nasional. Bank of England ini bukanlah bank nasional pertama. Dua bank nasional lain diciptakan sebelum Bank of England. Bank nasional pertama adalah Banco de Spiritus Sanctus atau Bank Roh Kudus (nama yang menakjubkan!) yang menjadi Bank nasional pertama di tahun 1605 dari, Negara apa? Tidak satupun selain Vatikan. Bank tersebut, didanai oleh Paus Paul V, sudah berhenti melakukan keajaiban finansial untuk sang Paus – sekarangberada di tangan Negara Italia- tetapi Vatican memiliki bank resminya sendiri, yang dengan penuh iman disebut Institute for Religious Works. Bank nasional kedua adalah Bank of Sweden (Sveriges Riksbank) didirikan di tahun 1668. Alasan kenapa kami memilih Bank of England sebagai hari lahir Negara adalah karena hanya Inggris lah dengan memancung Raja mereka dan penciptaan Parlemen memiliki ilmu kimia sosial yang benar untuk memicu bentangan lembaga yang belum pernah terjadi sebelumnya, Negara. Hanya di Inggris, dan untuk pertama kali, hutang dari Raja yang berkuasa memiliki syarat untuk menjadi apa yang menjadi lazim diketahui sebagai Hutang Nasional. Sebuah konsep yang dengan jalan mana hutang dibuat oleh Raja yang berkuasa, tidak lagi menjadi miliknya, tetapi seluruh bangsa.

Ini bukan berarti bahwa di tahun 1694, Negara, dengan semua aspek yang kita ketahui sekarang, tiba-tiba muncul begitu saja. Tidak, Negara secara berangsur berkembang di tahun-tahun berikutnya. Apa yang terjadi tahun tersebut, adalah berkumpulnya dua lembaga perbankan dan pemerintah dalam mode baru yang menciptakan campuran yang diperlukan untuk terbukanya Negara. Kita dapat berkata bahwa benih Negara diciptakan. benih ini mengandung potensi untuk semua fasilitas yang ada untuk bertumbuh di tahun-tahun mendatang. Benih ini mengandung unsur-unsur pelopor dari Bank Sentral, uang fiat dan utang nasional. Bagaimana hal ini terjadi? Dan apa yang terjadi?

Revolusi selesai, dan Dutch William of Orange bertahta di Inggris (1689-1702) sebuah iklim penemuan dan eksperimen dengan persoalan uang berjalan baik di Inggris. Inilah jamannya perusahaan yang berburu harta karun, skema “pembuatan uang dengan cepat” dan rancangan perbankan baru. Semuanya didorong lebih jauh lagi dengan bom kecil di tahun 1692-5. Dalam keadaan seperti inilah Bank of England lahir.

Pada saat itu, Inggris betul-betul mengalami kesulitan keuangan setelah perang setengah abad. Tidak mampu meningkatkan pajak dan tidak mampu meminjam, Parlemen putus asa terhadap adanya jalan lain untuk memperoleh uang. Ada dua kelompok orang yang melihat kesempatan untuk mengail di air keruh. Kelompok pertama terdiri dari ilmuan politik di dalam pemerintah. Kelompok kedua terdiri dari ilmuan moneter dari bisnis perbankan yang sedang bangkit.

Kesempatan datang di tahun 1694, ketika Raja perlu uang untuk mempersiapkan bala tentara guna berperang dengan Perancis. Raja mendatangi pedagang kaya dan bankir goldsmith di London untuk memperoleh uang ini. Beberapa skema bank umum diajukan. Akhirnya, William Patterson, seorang berkebangsaan Skotlandia, menghadapi beberapa sindikat dan membuat sebuah proposal meniru usaha sukses yang sama di Itali dan Belanda (terutama Bank of Amsterdam yang didirikan di tahun 1609 – dilihat oleh banyak orang sebagai bapak perbankan moderen). Setelah beberapa usaha yang gagal, dia dan para pedagang di belakangnya akhirnya terbukti berhasil.

Patterson menulis presentasi singkat untuk penawaran saham awal dengan judul “Catatan Singkat dari Tujuan Bank of England” [dikutip oleh Prof. Carroll Quigley dari Universitas Georgetown, dalam “Tragedy and Hope: A History of the World in Our Time”, 1966], di mana dia menulis: “bank memperoleh keuntungan dari bunga atas semua uang yang diciptakan dari ketiadaan.” Kalimat sederhana ini, oleh Bankir Sentral pertama dunia, akan menjadi isu kunci untuk tujuan moneter yang mencengkeram dunia selama tiga ratus tahun berikutnya.

Makna dari kalimat itu adalah bahwa “di bawah otoritas pemerintah” Bank of England menerbitkan uang kertas yang diciptakan “dari ketiadaan”, yang pada gilirannya dipinjamkan dengan bunga kepada peminjam uang dari berbagai golongan. Bank komersial telah melakukani ini sebelumnya, tetapi sekarang didorong oleh “otoritas rakyat”, Parlemen. Arti “dari ketiadaan” adalah bahwa uang kertas Bank of England hanya sebagian disandarkan pada emas atau perak, bukanlah poin dari konvertibilitas yang lengkap. Dari awal mula Bank tidak pernah mengakui untuk mengeluarkan uang sesuai dengan jumlah koin dan emas batang, walaupun, tentu saja, ia membuat liabilitasnya sejajar dengan asetnya. Isu ini tetap menjadi misteri bagi banyak orang sampai hari ini. Bagaimana liabilitas bisa sama dengan aset, sedangkan uang kertas kuitansi lebih banyak dari logam mulia yang diwakilinya? Isunya ada di jantung perbankan itu sendiri, tetapi kita meninggalkan isu akuntansi “sihir” untuk kesempatan lain, kita hanya sebatas merujuk kepada fractional reserve banking, artinya, kemampuan bank untuk meminjamkan lebih dari yang dia punya dalam bentuk tunai atau menciptakan uang “dari ketiadaan”.

Awal Mei 1694 parlemen mengesahkan sebuah undang-undang yang menetapkan pajak atas tonase kapal yang diharapkan memberi pemasukan £140.000 per tahun. £100.000 nya dialokasikan untuk membayar bunga (sebesar 8% per tahun) pada pinjaman £1,2 juta baru yang dipinjam oleh pemerintah dari Bank. Pinjaman tersebut “hanya” menutupi sekitar ¼ dari belanja tahunan atas Perang Sembilan Tahun (1689-97) dengan Perancis.

Pinjaman £1,2 juta dibayarkan kepada Bendahara dalam angsuran antara bulan Agustus dan bulan Desember. Pemegang saham menerima bunga 8% dari jumlah penuh pinjaman, walaupun sebetulnya mereka “hanya” meminjamkan £720.000 dalam bentuk tunai, sisanya diciptakan “dari ketiadaan”. Pinjaman itu dibayarkan kepada pemerintah dengan dana tunai dari pemegang saham, yang pada bulan November telah memasok 60% dari jumlah yang mereka telah janjikan untuk dibayar. Sisanya dibayar oleh ilusi yang bernama “nota berstempel”: yakni £1000 dalam bentuk nota kertas yang distempel dengan stempel perusahaan Bank. Pemerintah menggunakan nota-nota kertas ini untuk membayar para pemasoknya. Karena nota-nota ini berbunga sekitar 3% per tahun, banyak digunakan sebagai investasi; adapun sedikit bagian yang dikembalikan ke Bank untuk ditukar dengan uang tunai diterbitkan kembali dan digunakan dalam pinjaman berikutnya.

Bank memiliki fungsi ganda: mengatur akun pemerintah dan memberi pinjaman untuk membiayai pemerintah sekaligus beroperasi sebagai bank komersial: mengambil deposit dan menerbitkan nota untuk pelanggan perorangan. Banyak bagian dana tunai dari pemegang saham digunakan bukan untuk pinjaman perang tetapi untuk mengedarkan nota berstempel yang diterbitkan kepada peminjam perorangan, yang memberi keuntungan lebih banyak lagi.

Undang-undang yang sah telah menetukan dua batasan penting: Bank dapat meminjamkan tidak lebih dari £1,2 juta kepada pemerintah tanpa dispensasi parlemen dan dapat menerbitkan tidak lebih dari £1,2 juta dalam bentuk nota berstempel. Batasan pertama sesungguhnya membuktikan sebuah aset, karena pada tahun berikutnya atau dua direktur Bank sering membuatnya sebagai alasan untuk menolak pinjaman lebih banyak kepada Raja (pinjaman yang mereka berikan dengan segan). Tetapi plafon atas nota berstempel adalah paksaan yang sesungguhnya. Direktur Bank menghindarinya dengan mengeluarkan apa yang mereka sebut “nota tunai yang berjalan”. Ketimbang distempel dengan stempel bank, nota dengan satuan kecil ini hanya ditandatangani oleh kasirnya dan tidak menanggung bunga (tidak seperti nota berstempel). Banyak kritik berdatangan tetapi nota-nota ini tetap berlanjut peredarannya. “Nota tunai yang berjalan” ini kenyataannya menjadi pelopor dari uang kertas yang berlaku saat ini.

Pada February 1695, bank telah meminjamkan kepada Pemerintah bukan hanya keseluruhan dari jumlah semula yang £1.200.000, tetapi pinjaman lebih banyak sebesar £300.000. Tetapi bahkan ada pengiriman uang lebih besar lagi yang dilakukan dalam delapan belas bulan berikutnya. Pemerintah tidak dapat berhenti meminjam, sebab itu berarti menghentikan batasan yang telah dijatuhkannya pada diri sendiri. Pemerintah baru menemukan kemungkinan dari sebuah sarana pembiayaan yang “hampir” tidak pernah berakhir. Tetapi tentu saja masalah mulai terjadi.

Uang yang diciptakan oleh Bank of England mengguyur ekonomi seperti hujan di bulan Januari. Sebagai akibatnya, ketika nota bank yang banyak ini tiba di tangan bank lain, mereka cepat-cepat menaruhnya di dalam ruangan besi lalu mengeluarkan sertifikat mereka sendiri dalam jumlah yang bahkan lebih besar. Sebagai hasilnya, harga-harga naik dua kali lipat dalam waktu dua tahun. Lalu, hal yang tidak dapat dihindari terjadi: Penarikan besar-besaran di bank, dan Bank of England tidak dapat memproduksi koin. Pada bulan Mei 1696, hanya dua tahun setelah bank dibuat, sebuah hukum disahkan supaya bank dapat “menunda pembayaran dalam specie” [menunda pembayaran dalam emas sesuai dengan nilai yang tertera di atas nota]. Dengan paksaan hukum, Bank sekarang dibebaskan dari keharusan untuk menghormati kontrak mengembalikan emas. Uang fiat telah lahir. Dengannya, satu dari fitur kunci Negara moderen telah lahir.

Dengan dua peristiwa ini institusi lain telah lahir: Bank Sentral dan Hutang Nasional. Akibatnya Bank Sentral ada bersama kita sekarang ini dan telah menjadi institusi dominan dalam ekonomi saat ini dan hutang nasional yang kita, sebagai warga negara, masih teruskan dan secara keseluruhan, kenyataannya tidak dapat dibayar. Warga negara Inggris masih belum dapat membayar hutang tiga ratus tahun kemudian. Sekarang hutang nasional Inggris adalah 1 triliun pounds.

Pada tahun 1694, Bank of England masih belum menjadi bank sentral dalam pengertian moderen tapi masih berupa benih. Kapasitas untuk bertindak sebagai ‘biang rentenir’ dan pengatur dari aktivitas keuangan di dalam ekonomi dalam skala besar dikembangkan secara bertahap selama abad berikutnya seiring dengan kerumitan dari perkembangan sistim keuangan.

Karena pemerintah terus-menerus meminjam uang, pinjaman yang terus menerus ini disebut Hutang Nasional. Hutang ini berbeda dari sebelumnya. Hutang yang tidak terbatas ini terus-menerus ada. Namun, bagaimana raja dapat memenuhi janjinya untuk membayar, adalah masalah kritis. Gagal bayar telah menjadi fenomena biasa di Inggris sejak jaman pertengahan. Di jaman pertengahan, pengumpulan pajak adalah pekerjaan yang sangat sulit; raja sering mengirim agen lokal dan pejabat negeri untuk mengumulkan pajak untuk melanggengkan kekuasaan, sebuah praktek yang dengan anehnya disebut tax farming. Secara umum, agen-agen atau pejabat-pejabat negeri ini memiliki hak istimewa pembebasan pajak, mempersempit dasar pengenaan pajak dan mengurangi hasil pajak. Pajak tidak pernah cukup. Meminjam untuk menutupi kekurangan pendapatan dari pajak adalah satu-satunya pilihan. Karena pilihan terbaik raja adalah gagal bayar kepada kreditur. Walaupun kerjasama dengan kreditur tampak sebagai pilihan terbaik, hal ini tidak selalu dimungkinkan. Kreditur (yang kemudian menjadi bankir) dan Raja memiliki hubungan yang sulit. Kerjasama tidak dapat menjadi kenyataan. Hal ini senantiasa berubah dengan Bank of England.

Berdirinya Bank of England mengubah insentif (Negara) berdaulat itu untuk menerima hutang. Hutang itu dapat dengan mudah disebarkan kepada seluruh rakyat dengan mekanisme baru: diterbitkannya uang kertas yang tidak dapat ditebus atau dapat ditebus sebagian. Berkat Bank, Negara mampu membuat hutangnya dapat dipercaya. Itu bukanlah hutang “nya” itu adalah hutang “nasional”. Negara menyediakan Hukum untuk membuat uang baru itu menjadi sah, bank dapat menyediakan sebanyak-banyak uang. Kedua lembaga itu baik Bank maupun Negara tampaknya mendapatkan keuntungan dan keduanya dapat bekerja sama untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hal ini bahkan mengubah insentif (Negara) berdaulat untuk menerima lebih banyak hutang. Mulai saat ini dan seterusnya, hutang yang terus-menerus dibuat mencapai tingkat yang tidak dapat diramalkan dalam sejarah. Hutang ini menggerakkan kebangkitan luar biasa lembaga perbankan dan mengangkat derajatnya dari orang pinggiran kepada kekuasaan yang tinggi dengan menjadi majikan baru ekonomi.

Perlunya sebuah nama
Dari jamannya Caesar sampai hari ini, kita telah melihat banyak bentuk pemerinthan. Kata “bentuk dari pemerintah” yang sering kita dengar adalah: anarki, monarki, oligarki dan demokrasi. Dalam klasifikasi ini kata Negara tidak disebut. Negara bukanlah bentuk pemerintahan, namun diidentifikasikan sebagai lembaga yang lebih tinggi dari pemerintahan. Sekarang, kita secara samar-samar berbicara mengenai Negara sebagai terdiri dari, warga negara, hukum, budayanya, ekonominya dan pemerintahnya. Bagi beberapa orang kata tersebut sama halnya mencakup Negara Mesir Firaun, Negara Caesar, atau di jaman sekarang Negara Inggris; dan mencakup rezim berbeda seperti Uni Soviet, Nazi Jerman. Semua ini yang “mencakup” makna Negara tidak memberitahu kita apapun mengenai peristiwa krusial yang ingin kita gambarkan.

Mari kita kembali kepada budaya Barat guna mencari sedikit pertolongan. Dari semua gerakan revolusi di Eropa Barat, salah satu yang menolak munculnya dengan dengan lebih keras adalah gerakan anarkis. Para anarkis sejak Proudhon berkata “melawan Negara”. Sering, hal ini secara salah dipandang sebagai gerakan “tanpa pemerintah”. Tetapi ini bukanlah tujuan mereka. Karena tulisan ini bukan untuk mempelajari gerakan anarkis, tetapi untuk mencari makna baru, atau mungkin, kita hendaknya berucap dalam makna asli. Saya jelajahi “kata” ini dari ucapan para seniman dan penyair yang bersimpati dengan mereka. Seniman ini adalah Richard Wagner, yang mengikuti Bakunin (dia melihatnya sebagai Siegfried - pahlawan yang dilahirkan tanpa rasa takut). Dia menulis dalam barikade di Dresden bahwa masyarakat baru didasarkan pada “pemerintahan tanpa Negara”. Apa yang dia maksud adalah bahwa pemerintah dapat diterima, yang menjadi masalah adalah Negara. Dia merujuk Negara sebagai tambahan terhadap pemerintahan yang perlu dibuang. Dengan kalimat ini, walaupun masih kurang substansi untuk sebuah definisi yang lengkap, telah membawa kita kepada jalan yang berbeda untuk menemukan “makna” Negara.

Kalimat “pemerintahan tanpa Negara” menunjuk kepada dua kemungkinan: satu adalah sebuah “pemerintahan dengan/di dalam Negara” - hal ini dipandang sebagai sebuah masalah -, dan lalu “pemerintahan tanpa Negara”, dipandang sebagai solusi. Dua kemungkinan ini telah mengarah kepada sebuah peristiwa yang dari situ kita bergerak kepada lainnya. Ini sudah menunjukkan jalur revolusi atau evolusi tergantung dari arah. Yang penting adalah bahwa ia mengenali adanya peristiwa penting, titik balik. Peristiwa ini, bahkan tanpa memahami apa itu, mengarah kepada keaslian makna. Dari sinilah kita dapat menanyakan pertanyaan berikut: peristiwa apa itu? Peristiwa apa yang menjadikan pemerintah dan Negara bersatu? Apa itu Negara yang ditambahkan kepada pemerintah? Kapan itu terjadi?

Di sini (ketika Negara dipandang sebagai masalah), definisi yang kami usulkan berkembang dengan jawabannya. Persamaan kami “Negara = pemerintahan + perbankan”, dan solusi kami, “menghapus perbankan”, mengakuisisi kekuatan dinamis. Ia menjelaskan peristiwa ini yang Wagner tunjukkan. Definisi kami memberikan makna penuh kepada kalimat “pemerintahan tanpa Negara”. Sekarang dibaca, masalahnya bukanlah pemerintah, masalahnya adalah perbankan (yang merupakan penyebab masalah) dicampur dengan pemerintahan. Percampuran atau perkawinan ini menciptakan Negara. Dalam bacaan saya mengenai Proudhon dan Bakunin yang melawan Negara, “penyesuaian” yang bagus ini, diskriminasi kritis ini hilang dalam pemahaman mereka mengenai Negara. Dalam pandangan saya, unsur yang hilang ini menghantui seperti awan gelap usaha revolusi dari abad ke-19 untuk menghilangkan Negara dan masih merampok kita hari ini dari setiap pemahaman yang menentukan dari lembaga kunci ini yang dapat menyebabkan perubahan.

Apa yang terjadi di Inggris di akhir abad ke-17 sudah terlalu lama tidak memiliki nama. Diperlukan satu nama. Usul saya adalah menyebutnya kelahiran Negara, mengedepankan kemungkinan untuk memahami fenomena ini dan dengan perluasan untuk memahami masa kita hidup sekarang.

Apakah Kata “Negara” adalah Kata yang Benar untuk Lembaga Baru Ini?

Saya percaya. Kata Negara perlu didefinisikan. Isu pertama adalah diakuinya Negara sebagai fenomena yang relatif baru dalam sejarah. Andrew Vincent, dalam bukunya “Teori Negara” menulis:

“Banyak ahli antropologi dan sosiologi beralasan bahwa ada banyak masyarakat tanpa negara dari jaman sebelum ada Negara. Banyak cendekiawan sekarang setuju bahwa Negara adalah fenomena yang baru-baru ini dalam hal sejarah eksistensi sosial. Jika masyarakat ini tunduk pada otoritas dan aturan, adalah mungkin untuk berbicara tentang politik yang ada tetapi bukan Negara”.

Dari sudut pandang historis murni, penggunaan moderen pertama dari kata Negara dikaitkan dengan Machiavelli (lo stato) dalam bukunya “The Prince”. Machiavelli terpesona oleh Cesare Borgia, bukan hanya orangnya, tetapi lebih kepada “struktur dari negara baru” yang telah diciptakan olehnya. Machiavelli adalah pemikir pertama yang benar-benar menyadari arti dari struktur baru ini. Namun, menurut JH Hexter, yang memeriksa 115 penggunaan dari “lo stato” dalam buku The Prince, Machiavelli tidak menghubungkan Negara dalam arti yuridis yang moderen, tetapi lebih kepada ide jaman pertengahan “kedudukan” atau “kondisi” seperti dalam istilah “status regni”. Dia beralasan bahwa penggunaan moderen dari kata tersebut, telah diinspirasi oleh Machiavelli, tetapi itu hanya ditempa oleh para pemikir Perancis abad ke-16 seperti Du Haillan, Bude, dan Bodin dan politisi seperti Richelieu. Di Inggris, meskipun begitu kata tersebut merambah lebih jauh dan kata-kata pilihan dalam pemikiran politik arus utama masih pada abad keenam belas persemakmuran, kerajaan atau alam.

Bagi Jean Bodin dihubungkan kepada ide kedaulatan. Perancis mengusir feodalisme dengan cepat dalam Perang Agama Perancis. Kedaulatan baginya adalah sebuah “kekuatan tertinggi atas warga negara dan persoalan yang tidak dibatasi oleh hukum”. Sifat ini masih diarahkan kepada Raja. Hanya ketika sosok raja menghilang di abad ketujuhbelas dan kedelapanbelas sehingga kata Negara memperoleh supremasinya. Kedaulatan kemudian diungkapkan dalam “kepribadian Negara”. Dalam ide ini sifat manusia, kapasitas melakukan kewajiban dan memiliki hak, kemampuan untuk bertindak, disifatkan kepada Negara. Kepribadian berubah menjadi hukum, bukan fisik atau psikologi. Pada titik ini, Negara memperoleh pengertian moderennya sebagai “manusia abstrak dengan otoritas”, tidak terhubung dalam apapun dengan perseorangan.

Kisah sejarah penggunaan kata ini, bersamaan dengan waktu yang kita sebut peristiwa itu, yang terjadi di Inggris setelah raja mereka dipenggal. Dalam pandangan saya, perpindahan kedaulatan dari raja kepada Negara ini adalah kritis dalam memberikan kekuatan kepada penggunaan moderen dari kata tersebut oleh pengakuan bahwa sebuah entitas baru telah diciptakan; meskipun tidak cukup dalam hal peristiwa di mana saya merumuskan definisi saya, namun serentak.

Dalam hubungannya dengan pemerintah Vincent memberikan bantahan berikut:

“Kenyataannya pemerintahan adalah istilah yang jauh lebih tua ketimbang Negara atau administrasi. Secara sejarah dan antropologi jelas bahwa konsep dan praktek Negara ada sebelum Negara. Pemerintahan sudah menjalankan peranannya sebelum Negara.”
Bagi saya ini membuktikan bahwa ada peristiwa yang perlu ditempatkan dalam sejarah yang dengan itu transisi mengambil alih. Secara alami kelahiran merupakan utang untuk diperebutkan oleh opini politik dan sejarah yang berbeda, karena dunia politik sudah jenuh dengan ide dan nilai yang berbeda. Namun kita harus mencari koherensi dan konsistensi dalam rangka untuk memperoleh pemahaman tentang masa lalu.

Akhirnya Vicent membantah:

“Negara adalah contoh yang baik dari adanya persaingan penting semacam itu. Namun orang harus waspada terhadap berpegang kepada adanya persaingan penting sebagai asumsi dogmatis. Hal ini berguna dalam istilah pendidikan untuk mengakui bahwa ada beragam pandangan mengenai Negara yang harus ditegaskan. Negara pastinya bukan satu hal. Ia perlu dibongkar. Tetapi kita tidak perlu maju terus dari sini kepada kesimpulan bahwa bahwa pada prinsipnya tidak ada alasan mengambil pandangan tertentu dari Negara atau bahwa Negara harus selalu, dalam setiap keadaan di masa depan, menjadi bahasan untuk diperselisihkan. Ada keanehan logis tertentu dalam pandangan seperti itu yang menghubungkan adopsi dogmatis dari adanya persaingan penting. Tampaknya ada klaim implisit bahwa semua konsep sekarang dan di masa depan harus pada prinsipnya menjadi bahasan dari perselisihan semacam itu. Ini merupakan bentuk terbalik dari esensialisme yang membuat tesis penting adanya persaingan menyangkal diri. Tesis yang lebih seimbang adalah bahwa pada saat ini ada penjelasan benar-benar memuaskan dari Negara atau alasan empiris utama yang dapat disepakati untuk menguji teori. Kita perlu memperhatikan cara di mana konsep tersebut telah digunakan. Hal ini mencerminkan nilai-nilai dan pandangan dari sifat manusia dan kandungan realitas politik. Karena teori Negara merefleksikan nilai fundamental semacam itu dan gambaran-gambaran yang dibuat-buatnya sendiri, adalah penting bahwa gambaran-gambaran itu harus dibuka untuk didiskusikan, dikritik dan disangkal. Memperselisihkan sifat alami negara adalah memperselisihkan tentang karakter dari keberadaan sosial. Diragukan apakah terjadi perselisihan tiada akhir ataukah timbul manfaat.”

Apakah kata Negara merupakan kata yang tepat untuk institusi baru ini? Saya percaya memang demikian. Kita, Muslim, perlu memiliki definisi kita sendiri, pemahaman yang kita miliki atas institusi ‘sangat asing’ ini sesuai pandangan kita tentang dunia. Hanya dalam mengingat inilah definisi saya memiliki nilai atau tidak.

Nilai Politik dari Definisi Saya

Mengatakan bahwa “Negara dilahirkan dari perkawinan pemerintah dan perbankan” menghendaki adanya evaluasi mengenai apa arti aktivisme politik. Selama berabad-abad, setiap usaha sipil yang mencoba untuk membelokkan kekuatan yang meningkat dari lembaga ini selalu berakhir pada pemerintah. Setiap protes yang menggambarkan kemarahan sosial selalu diarahkan kepada agen politik Negara, yang dinamai Parlemen atau “tiran”. Masalahnya adalah bahwa pemerintah sudah berurat-akar dalam dalam peranannya di luar keperluan dasar. Pemerintahan adalah perlu. Usaha untuk menghilangkan Negara, yang dianggap sebagai menghilangkan pemerintahan adalah tidak berdaya, dan bahkan jika berhasil, tiada artinya: Negara masih ada bahkan jika Anda “merubah” (karena Anda tidak dapat benar-benar menghilangkan) pemerintah.

Definisi kami membuka jendela baru, pintu baru. Nilai politik dari definisi kami adalah bahwa protes sosial harus memiliki fokus yang berbeda: bukan melawan pemerintah, tetapi melawan perbankan. Ini membuka bacaan baru strategi revolusioner: yang menjadi isu bukanlah pemerintah dan agen politik, yang menjadi isu adalah perbankan. Definisi kami menemukan kembali makna protes sosial dengan mengindikasikan bahwa masalahnya adalah perbankan.

Memerangi perbankan adalah sangat berbeda dari memerangi pemerintah. Pemerintah adalah perlu, perbankan adalah pendatang baru. Dari sudut pandang kita, Muslim, urusan ini jauh lebih jelas. Perbankan adalah haram, pemerintahan adalah halal. Definisi ini memaksa aktivitas politik Muslim memperoleh makna yang betul-betul berbeda dan sebagai akibatnya memperoleh pendirian dan reputasi baru. Kita dapat, untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun dipahami. Jika protes Muslim dirubah dari agen politik kepada sistim perbankan, kita akan memperoleh dukungan masyarakat. Kita dapat menjadi kekuatan yang memimpin. Di dalamnya kita dapat menciptakan sarana dakwah. Kita dapat mengarahkan protes sosial yang terbengkalai kepada jalan baru di mana keberhasilan adalah dijamin. Allah telah menyatakan perang atas riba. Allah adalah penjamin bahwa strategi ini berhasil.

Ini adalah kekuatan dari sebuah “kata”. Seperti kami katakan di awal: “Kata adalah jendela yang membuka “dunia” di hadapan Anda”. Negara, sebagaimana kita lihat, sudah terlalu lama tidak memiliki nama. Definisi kita mengenai “Negara” membawa penjelasan yang betul-betul kita perlukan sehingga semua Muslim dapat memikirkan ulang dan merancang ulang strategi sosial kita sendiri. Makna yang kami ajukan di sini, dapat membawa Muslim ke ke garis depan aktivitas politik dalam cara yang dapat berhasil. Makna baru ini dapat menjadi kunci kepada masa depan kita sebagai penguasa abad  ke-19. Dengan ini kita mampu mengarahkan semua serikat dagang, serikat konsumen, kelompok kebebasan sosial dan gerakan sosial secara umum kepada kemungkinan baru dari aktivisme politik,yang mana kita menjadi kekuatan yang memimpin.

Revolusi melawan pemerintah menyiratkan kekerasan dan terorisme (Bastille, Russian Winter Palace, British Gunpowder plot melawan Parlemen). Memerangi perbankan memiliki modalitas sosial, ia meminta ditinggalkannya unsur kunci dan dengan kunci itu bank tetap ada: uang kertas. Memerangi perbankan adalah kembali kepada bentuk sejati uang yang dengan uang itu masyarakat dan perdagangan dapat disusun tanpa perbankan.

Kesimpulan

Kata Negara tetap samar-samar dan disalahpahami dalam bahasa kita. Kita, Muslim perlu menyediakan definisi kita sendiri atas lembaga ini. Peristiwa yang dalam pandangan saya adalah faktor penentu bagi penciptaan lembaga ini adalah berdirinya Bank of England tahun 1694. Dengan lembaga ini Negara lahir dan dan secara serempak tiga unsur lain dari Negara moderen: Hutang Nasional, uang fiat dan Bank Sentral. Esensi dari lembaga baru ini adalah bercampurnya untuk pertama kali dalam sejarah dua lembaga lain pemerintahan dan perbankan. Ini memberi kita persamaan yang dengan persamaan itu saya mendasarkan definisi saya: Negara = pemerintahan + perbankan. Di atas dasar ini kita dapat memformulasikan ide dari masalah yang bernama Negara, yaitu, perbankan. Pemerintahan adalah halal, tetapi perbankan adalah haram. Dengan pemahaman ini, perjuangan melawan Negara seharusnya dibaca sebagai perjuangan melawan perbankan. Penjelasan ini dalam pandangan saya merupakan nilai sejati dari definisi saya. Dengan cara ini, sebuah kata bukan hanya jendela, tetapi sebuah senjata.

Definisi ini hendaknya juga membantu menghilangkan kebingungan yang diciptakan oleh istilah seperti “Negara Islam”. Penolakan ini termasuk juga istilah lain perbankan Islam atau konstitusi Islam atau demokrasi Islam. Lembaga-lembaga ini adalah “alien” bagi kita dan semuanya tidak dapat “diislamkan”. Ketika kita memiliki istilah dan model kita sendiri, kita tidak perlu mengimpor istilah dan model yang sama sekali asing. Karenanya, keabsahan dari istilah Negara, seharusnya, menggambarkan dan menjelaskan sifatnya yang sama sekali asing, sehingga kita mampu memikirkan dan berurusan dengan istilah ini.
Allah adalah Pembimbing kita. Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah. Tidak ada kemenangan kecuali dari Allah. Shalawat dari Salam dari Allah semoga tercurah-limpahkan kepada Nabi salalahu’alayhiwasalam, Keluarganya dan Sahabatnya. Beliau adalah model kita di dunia ini.

IBNU KATSIR MENGENAI “BAGAIMANA MENGENALI SERIGALA ITU”

Diadaptasi dari Tafsir Ibnu Katsir [1] oleh Shaykh Umar Ibrahim Vadillo
Ayat Qur’an dari Tafsir Jalalayn. 
 
Qur'an menggunakan kata kufr untuk menunjukkan seseorang yang menutupi atau menyembunyikan kenyataan, orang yang menolak menerima dominasi dan otoritas Tuhan (Allāh). Ada beberapa jenis Al-Kufr ul Akbar:
 
Kufrul-'Inaad: Ketidakpercayaan yang berasal dari sikap keras kepala. Ini berlaku kepada seseorang yang mengetahui kebenaran dan mengaku mengetahui kebenaran dan mengaku mengetahuinya dengan lidahnya, tetapi menolak menerimanya dan menahan diri dari membuat pernyataan. Qur'an menyatakan:

أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ

" ("Lemparkanlah olehmu ke dalam neraka Jahanam) maksudnya, lemparkanlah, atau cepat lemparkan. Menurut bacaan atau qiraat Imam Al-Hasan lafal Alqiyaa dibaca Alqiyan. Jadi asal kata lafal Alqiyaa adalah Alqiyan, kemudian huruf Nun Taukidnya diganti menjadi Alif sehingga jadilah Alqiyaa (semua orang yang ingkar dan keras kepala) maksudnya, membangkang terhadap perkara yang hak." [2] 
 
Kufrul-Inkaar: Ketidakpercayaan yang berasal dari keingkaran. Ini berlaku kepada seseorang yang mengingkari baik itu dengan hati ataupun lidah. Qur'an menyatakan:

يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ

"(Mereka mengetahui nikmat Allah) artinya mereka mengakui bahwa semua nikmat itu dari sisi-Nya (kemudian mereka mengingkarinya) karena ternyata mereka menyekutukan-Nya (dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir)."[3]
 
Kufrul-Kibr: Ketidakpercayaan yang berasal dari kesombongan. Tidak percayanya Iblis adalah contoh kufr jenis ini.
 
Kufrul-Juhood: Ketidakpercayaan yang berasal dari penolakan. Ini berlaku kepada seseorang yang mengakui kebenaran di hatinya, tetapi menolaknya dengan lidahnya. Kufr jenis ini diterapkan kepada orang-orang yang menyebut diri mereka Muslim tetapi menolak norma-norma Islam yang penting dan diterima seperti Salaat and Zakat. Qur'an menyatakan:

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

"(Dan mereka mengingkarinya) maksudnya mereka tidak mengakuinya sebagai mukjizat (padahal) sesungguhnya(hati mereka meyakininya) bahwa hal itu semuanya datang dari sisi Allah dan bukan ilmu sihir (tetapi kelaliman dan kesombonganlah) yang mencegah mereka dari beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi Musa itu, karenanya mereka ingkar. (Maka perhatikanlah) hai Muhammad (betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan itu) sebagaimana yang kamu ketahui, yaitu mereka dibinasakan. "[4]
 
Kufrul-Nifaaq: Ketidakpercayaan yang berasal dari kemunafikan. Ini berlaku kepada seseorang yang pura-pura beriman tetapi menyembunyikan ketidakpercayaannya. Orang semacam itu disebut MUNAFIQ. Qur'an menyatakan:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

"(Sesungguhnya orang-orang munafik itu pada tempat) atau tingkat (yang paling bawah dari neraka) yakni bagian kerak atau dasarnya. (Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka) yakni yang akan membebaskannya dari siksa. " [5] 
 
Kufrul-Istihlaal: Ketidakpercayaan yang berasal dari mencoba membuat HARAM menjadi HALAL. Ini berlaku kepada seseorang yang menerima sebagai Halal apa yang Allah telah Haramkan seperti mabuk atau zina. Hanya Allah yang memiliki prerogatif membuat hal-hal menjadi Halal dan Haram dan orang-orang yang berusaha mengganggu hak-Nya adalah saingan-Nya dan karenanya jatuh di luar batasan-batasan iman. 
 
Kufrul-Kurh: Ketidakpercayaan yang berasal dari membenci setiap perintah Allah. Qur'an menyatakan:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَّهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ.ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ

"(Dan orang-orang yang kafir) dari kalangan penduduk Mekah; lafal ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada, sedangkan Khabarnya, niscaya mereka celaka. Pengertian ini disimpulkan dari firman selanjutnya yaitu (maka kecelakaanlah bagi mereka) yakni kebinasaan dan kekecewaanlah yang akan mereka terima dari Allah (dan Allah menyesatkan amal perbuatan mereka) lafal ayat ini diathafkan pada Ta'isuu yang keberadaannya diperkirakan. (Yang demikian itu) kecelakaan dan penyesatan itu (adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah) yakni Alquran yang diturunkan-Nya, di dalamnya terkandung masalah-masalah taklif atau kewajiban-kewajiban (lalu Allah menghapuskan pahala amal-amal mereka.) "[6] 
 
Kufrul-Istihzaa: Ketidakpercayaan karena olok-olok dan ejekan. Qur'an menyatakan: "

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُواقَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

(Dan jika) Lam bermakna qasam/sumpah (kamu tanyakan kepada mereka) tentang ejekan-ejekan mereka terhadap dirimu dan terhadap Alquran, padahal mereka berangkat bersamamu ke Tabuk (tentulah mereka akan menjawab)mengemukakan alasannya ("Sesungguhnya kami hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja") dalam ucapan kami guna melenyapkan rasa bosan dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, dan kami tidak bermaksud apa-apa selain daripada itu (Katakanlah)kepada mereka! ("Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok?"). (Tidak usah kalian meminta maaf) akan hal tersebut (karena kalian kafir sesudah beriman) artinya kekafiran kalian ini tampak sesudah kalian menampakkan keimanan. (Jika Kami memaafkan) bila dibaca memakai ya berarti menjadi mabni maf'ul sehingga bacaannya menjadi ya'fa. Jika dibaca memakai huruf nun, berarti mabni fa'il, dan bacaannya seperti yang tertera pada ayat (segolongan daripada kalian) lantaran keikhlasan dan tobatnya, seperti apa yang dilakukan oleh Jahsy bin Humair (niscaya Kami akan mengazab) dapat dibaca tu`adzdzib dan dapat pula dibaca nu`adzdzib (golongan yang lain disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa) yakni, karena mereka selalu menetapi kemunafikannya dan selalu melancarkan ejekan-ejekan. "[7] 
 
Kufrul-I'raadh: Ketidakpercayaan karena menghindari. Ini berlaku kepada orang-orang yang berpaling menghindari kebenaran. Qur'an menyatakan:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۖ وَإِن تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ فَلَن يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا

"(Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Rabbnya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya) apa yang telah diperbuatnya berupa kekafiran dan kedurhakaan. (Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka) penutup-penutup (hingga mereka tidak memahaminya) maksudnya, supaya mereka tidak dapat memahami Alquran, dengan demikian maka mereka tidak dapat memahaminya (dan di telinga mereka Kami letakkan sumbatan pula) yakni penyumbat sehingga mereka tidak dapat mendengarkannya (dan kendati pun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk) disebabkan adanya penutup dan sumbatan tadi (selama-lamanya).."[8] 
 
Kufrul-Istibdaal: Ketidakpercayaan karena mencoba mengganti Hukum Allah. Ini dapat berbentuk: 
 
(a) Menolak Hukum Allah (Syariah) tanpa menyangkalnya,
(b) menyangkal Hukum Allah dan karena itu menolaknya, atau
(c) Mengganti Hukum Allah dengan hukum "buatan" (misal. hukum non-Muslim).
Qur'an menyatakan:

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِن يُدْخِلُ مَن يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ ۚ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُم مِّن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

"(Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat) artinya memeluk satu agama, yaitu agama Islam (tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang lalim) yaitu orang-orang kafir (tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong) yang dapat menolak azab Allah dari diri mereka. "[9] 
 
Qur'an mengatakan:

وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

"(Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian) yang sering digambarkan oleh lisan kalian (secara dusta, "Ini halal dan ini haram.") terhadap apa yang tidak dihalalkan oleh Allah dan apa yang tidak diharamkan oleh-Nya (untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah) dengan menisbatkan hal itu kepada-Nya. (Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung). " [10] 
 
1. "'Tafsir Ibnu Katsir".
2. "Surah Qaaf (50), Ayah 24".
3. Surah Nahl (16), Ayah 83
4. Surah Naml (27), Ayah 14
5. Surah An Nisaa (4), Ayah 145]
6. Surah Muhammad (47), Ayah 8-9
7. Surah Taubah (9), Ayah 65-66
8. Surah Kahf (18), Ayah 57]
9. Surah Shuraa(42), Ayah 8
10. Surah Nahl (16), Ayah 116